Pada akhir pembelajaran setiap topik, kita diminta untuk merefleksikan pembelajaran dalam blog masing-masing, dengan menggunakan alur MERDEKA seperti dalam proses pembelajarannya. kita bisa menceritakan refleksi dengan caranya masing-masing, bisa narasi yang dilengkapi visual, ataupun narasi saja, atau model kreatif lainnya. Berikut ini adalah refleksi dari berbagai alur yang saya susun:
1. Mulai dari Diri
Dalam Mulai dari Diri berisikan
mengenai konsep dasar perspektif sosiokultural dalam pendidikan serta
merefleksikan perspektif sosiokultural pada materi sebelumnya dan mengetahui
pengaruh sosiokultural pada dunia pendidikan yang ada di Indonesia. Dalam tahap
ini kita juga mengetahui peran dan dampak faktor sosial, budaya, ekonomi dan
politik dalam mempengaruhi seseorang untuk mendapatkan kesetaraan dalam
menempuh pendidikan yang maksimal, serta mediator dalam tumbuh kembang seorang
anak dari pengaruh mediator manusia hingga mediator menggunakan simbolik.
Seperti yang telah dialami oleh Nastiti, ia memiliki dukungan dari keluarganya
termasuk dukungan finansial yang memungkinkannya untuk mengejar pendidikan S1
dan S2. Dukungan keluarga sangat mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam
pendidikan. Berlandaskan hal tersebut artinya interaksi antara orang tua
dengan anak berpengaruh terhadap perkembangan dan pola pikir anak. Jika
interaksi terjalin dengan positif maka karakter dan perilaku anak juga mengarah
positif.
2. Eksplorasi Konsep
Pada Topik ini membahas konsep
Konsep Dasar Perspektif Sosiokultural. Aktivitas sosial dan interaksi orang
dewasa-anak membentuk dasar sosialisasi kognitif. Sosialisasi menghasilkan
sikap, nilai, dan keterampilan kognitif dan linguistik yang digunakan anak-anak
saat mereka tumbuh dan pada akhirnya menjadi sarana atau alat untuk
perkembangan. Anak mengembangkan kompetensi melalui berbagai pola interaksi
orang dewasa-anak dan interaksi sosial lainnya. Interaksi dan aktivitas
orang dewasa-anak dapat dilihat dari CHAT (Cultural-Historical Activity
Theory) menjelaskan bahwa aktivitas manusia dapat dideskripsikan dan
dianalisis bahwa semua aktivitas manusia memiliki struktur, terjadi pada
keadaan tertentu, dan dapat dinilai dengan instrumen tertentu. CHAT
dicirikan oleh perkembangan dan analisis sosial tindakan manusia yang umumnya
dimediasi oleh alat budaya yang berbeda.
Tujuan dari topik ini adalah
untuk mengetahui faktor-faktor yang menghubungkan pengaruh SES (Status Sosial
Ekonomi) dengan pola interaksi orang dewasa-anak. Pola sosialisasi orang-dewasa
anak dapat membentuk dasar nilai, harapan dan tuntutan tugas yang akan
berdampak pada perkembangan anak di berbagai konteks sosial. Dalam pendidikan,
SES sangat berpengaruh terhadap kemampuan anak dan hasil belajar anak.
3. Ruang Kolaborasi
Pada ruang kolaborasi, kami
mempelajari studi kasus tentang perspektif sosiokultural dalam penerapan
pendidikan di Indonesia melalui kegiatan analisis cerita di 3 buku berbeda.
Berdasarkan hasil analisis bersama para rekan sejawat pada buku pertama,
berjudul Belajar Berdemokrasi, dari buku Mengajar untuk Perubahan, halaman
58-75. Buku yang berisi fakta sosial budaya yaitu seorang guru pendidikan
kewarganegaraan yang mengajar di daerah pesisir pantai. Kondisi pesisir pantai
tentunya memiliki karakteristik tersendiri dibandingkan dengan kondisi daerah
lain. Dalam hal ini, guru berada di lingkungan peserta didik yang memiliki
permasalahan dengan keluarganya. Beberapa permasalahannya diantaranya tidak
memiliki ayah bahkan beberapa dari mereka belum pernah bertemu dengan sang ayah
sejak lahir. Selain itu, beberapa ada yang berjualan di pinggir pantai,
menyewakan papan luncur dan jasa membuat tato temporer sepulang sekolah. Fakta
sosial budaya peserta didik sangat memprihatinkan karena kurangnya perhatian
orang tua terutama sosok ayah, namun sisi baiknya mereka tidak mudah menyerah
jika dilihat dari semangat untuk belajar di sekolah dan bekerja untuk memenuhi
kebutuhan selepas waktu sekolah.
Pada judul buku kedua yaitu Ray
Sang Pecandu Online Game, dari buku Mengajar untuk Perubahan, halaman 76-92.
Saya dan rekan-rekan sepakat bahwa dampak dari kecanggihan teknologi
mempengaruhi karakter peserta didik hal ini terlihat pada Ray jarang sekolah
karena kecanduan game online. Walaupun telah dibujuk oleh ibunya dia tetap
tidak mau masuk sekolah hingga akhirnya guru dan teman-temannya membujuk dia
hingga mau bersekolah. Akibat dari lama tidak masuk ke sekolah, Ray merasa
asing menjadi seperti anak baru. Namun semangat guru dan teman-temannya untuk
tidak meninggalkan untuk belajar bersama walaupun harus belajar di rumah Ray.
Interaksi orang tua Ray, guru, teman-temannya bahkan sekolah tetap sangat
mendukung Ray untuk kembali belajar di sekolah.
Terakhir analisis buku ketiga
dengan judul Literasi Dasar, dari Buku Melawan Setan Bermata Runcing:
Pengalaman Gerakan Pendidikan Sokola, halaman 125-156. Saya dan rekan
mempelajari Faktor sosial yang dijelaskan dalam kasus tersebut adalah
terjadinya kesenjangan sosial, karena orang Rimba adalah orang yang hidup di
tengah hutan, memakan makanan seperti babi, ular, minim menggunakan pakaian,
serta krisis lainnya mereka tidak bisa baca tulis sehingga sering ditipu saat
belanja ke pasar dan ditipu untuk menjual hutan yang mereka tinggali. Hal ini
digambarkan dalam buku bahwa pemangku adat ditipu untuk menjual sebagian lahan
hutan demi kepentingan pribadi oknum dengan alasan mereka perlu mendapatkan
hadiah berupa makanan dan pakaian atas kerja kerasnya menjaga hutan. Namun
karena mereka tidak bisa membaca sehingga langsung percaya dan membubuhkan cap
jari persetujuannya padahal isi perjanjian tersebut adalah kesepakatan untuk
menjual sebagian lahan hutan. Ini juga yang menjadi pertimbangan dari pengajar
untuk menggalakkan baca-tulis pada anak-anak disana agar mereka dapat mencegah
kejadian tersebut.
4. Demonstrasi Kontekstual
Hal yang saya pelajari mengenai
demonstrasi kontekstual pada topik dua kali ini adalah kami belajar untuk
saling mengemukakan pendapat satu sama lain, kemudian berdiskusi untuk
menyatukan pemikiran untuk membuat kesimpulan yang disepakati bersama, kita
belajar untuk saling menghargai satu sama lain. Selain itu kami membuat PPT
yang merupakan intisari dari materi yang kami diskusikan bersama, melalui
kegiatan ini kami belajar untuk benar-benar memahami materi.
5. Elaborasi Pemahaman
Sejauh ini yang sudah dipahami
tentang topik ini adalah pentingnya memahami karakteristik dan kebutuhan
peserta didik karena setiap daerah memiliki perbedaan sosio kultur yang beragam
sehingga sebagai pendidik nantinya harus bisa lebih peka terhadap latar
belakang peserta didiknya. Selain itu, yang terpenting adalah menerapkan pembelajaran
yang menghubungkan dengan pengalaman atau budaya peserta didik. Hal ini
bertujuan agar peserta didik dapat lebih mudah memahami materi sekaligus
menumbuhkan rasa cinta dan percaya diri terhadap budayanya sendiri serta tidak
mudah terpengaruh dengan kebudayaan asing. Pendekatan sosio kultur tidak hanya
digunakan oleh guru dalam pembelajaran di dalam kelas tapi juga dalam mengenal
karakter peserta didik ini menjadi acuan dalam langkah yang akan diambil untuk
merencanakan kegiatan pembelajaran serta menangani peserta didik lebih
bijaksana.
Hal baru yang saya pahami atau
yang berubah dari pemahaman di awal sebelum pembelajaran dimulai adalah sosio
ekonomi memberikan pengaruh terhadap karakter peserta didik sehingga guru perlu
memperhatikan faktor sosial, budaya, ekonomi, dan politik, agar proses
pembelajaran di kelas dapat dilaksanakan sesuai dengan karakteristik siswa di
kelas, dan hasil yang diharapkan guru dapat memuaskan. Selain itu, dengan
memiliki pengetahuan tentang teori sosiokultural, kita sebagai calon pendidik
kelak dapat dengan bijaksana memahami dan mengambil tindakan dalam menangani
masalah pada anak didik kita. Menuntun mereka untuk dapat menjadi manusia yang
baik adabnya dengan cara yang manusiawi.
Hal yang ingin saya pelajari
lebih lanjut adalah bagaimana mengatasi tantangan berbagai perspektif jika
suatu saat peserta didik saya yang mengalami kesulitan dari segi ekonomi yang
menyebabkan mereka memilih untuk tidak bersekolah dan lebih memilih bekerja
untuk membantu orang tuanya, hal tersebut akan menjadi sebuah tantangan yang
besar bagi saya sebagai pengajar, sedangkan peserta didik harusnya merasakan
kemerdekaan untuk bisa belajar bersama teman-temannya sesuai jenjangnya tanpa
memikirkan biaya.
6. Koneksi Antar Materi
Koneksi Antar Materi pada Topik 2
ini berisikan mengenai konsep dasar perspektif sosiokultural dalam pendidikan.
Konsep dasar perspektif sosiokultural berisi tentang status sosial ekonomi dan
interaksi orang dewasa dengan anak, serta interaksi anak dengan anak, serta
interaksi anak dengan alat simbolik. Jika dilihat lebih dalam materi pada topik
1 mengenai perspektif sosial, budaya, ekonomi dan politik dapat
mempengaruhi pendidikan di Indonesia. Sama halnya dengan topik 1 pada topik 2
membahas lebih dalam mengenai status sosial ekonomi (SES). Socio-Economic
Status (SES) merupakan pengelompokan individu berdasarkan kemampuan ekonomi dan
status sosialnya. Sosial ekonomi memiliki pengaruh besar terhadap pendidikan di
Indonesia. Salah satu contohnya anak dengan status sosial ekonomi yang tinggi
lebih mudah mendapatkan akses pendidikan yang berkualitas, mereka mendapatkan
fasilitas yang sangat memadai untuk mendukung kegiatan pembelajarannya
dibandingkan dengan anak yang memiliki status sosial ekonomi menengah ke
bawah.
Materi ini juga berhubungan
dengan pemahaman peserta didik dan pembelajarannya yang mempelajari mengenai
teori perkembangan kognitif, sosial, emosional, dan sosial konteks yang
dibutuhkan untuk memahami peserta didik, sehingga guru dapat menentukan
pembelajaran sesuai dengan kondisi peserta didik. Seorang guru dalam memahami
peserta didik, penting untuk mengetahui latar belakang siswa baik dari segi
ekonomi, sosial dan budaya anak tersebut. Terkadang perkembangan sosial, emosional
siswa tidak selalu sesuai dengan teori, hal ini dikarenakan faktor
sosiokultural siswa berbeda. Sehingga, informasi peserta didik akan menjadi
dasar pertimbangan dalam merancang tujuan pembelajaran, asesmen hingga langkah
pembelajaran yang tepat dan sesuai berdasarkan latar belakang, sosiokultural,
keunikan dan perbedaan siswa sekaligus ini berkaitan dengan mata kuliah
asesmen.
Mata kuliah filosofi pendidikan
Indonesia dan literasi lintas mata pelajaran menjadi pondasi dari semua
kegiatan perkuliahan. Filosofi pendidikan Indonesia melihat pendidikan secara
mendalam dari dasar pendidikan nasional, dikaitkan dengan filosofi pendidikan
oleh bapak pendidikan Ki Hajar Dewantara. Dalam konsep filosofi pendidikan
menurut Ki Hajar Dewantara berhubungan dengan Teori Perspektif Sosiokultural.
Menurut Ki Hajar Dewantara dalam pendidikan kita harus menuntun kodrat anak
untuk mencapai kebahagiaan. Sejalan dengan teori perspektif, kita harus mampu
menyikapi siswa dengan mempertimbangan segala faktor sosiokultural yang ada
padanya. Seperti yang terdapat dalam cerita “Ray Sang Pecandu Game Online”. Dalam
cerita tersebut, guru melakukan pendekatan kepada siswa dengan memperhatikan
keadaan sosial kultural siswanya. Guru tersebut bijaksana dalam menangani
permasalahan siswanya. Hal ini sejalan dengan cita-cita Ki Hajar Dewantara
dimana guru sebagai pendidik harus bisa menuntun siswa dan mengayomi siswa
karena tujuan pendidikan adalah sebagai tempat menanamkan benih-benih
kebudayaan. Sehingga sebagai seorang guru kita harus memahami teori
sosiokultural dan filosofi pendidikan agar mampu mengambil langkah yang tepat
dan bijak dalam memahami siswa sesuai dengan tujuan pendidikan Ki Hajar
Dewantara.
Sedangkan literasi merupakan
kegiatan membaca, menulis, menyimak, berbicara dan memirsa kecakapan mendasar
untuk semua kegiatan mata kuliah untuk menyerap pemahaman. Pada perkuliahan
literasi ini kita diperkenalkan dengan beberapa jenis teks multimoda, dengan
menggunakan berbagai jenis teks multimoda dapat menarik perhatian dan motivasi
siswa dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu pada pembelajaran mata kuliah ini
juga diarahkan untuk membuat media literasi yang sesuai dengan perkembangan
peserta didik dan sosial, budaya, ekonomi dan politiknya. Mengaitkan konsep
perspektif sosiokultural dengan konsep literasi lintas mata pelajaran, guru
dapat membuat media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta
didik.
7. Aksi Nyata
Apa manfaat pembelajaran ini
untuk kesiapan Anda sebagai guru?
Sebagai pendidik dalam merancang
kegiatan pembelajaran seharusnya dengan mempertimbangkan informasi dan
mempelajari faktor sosial budaya ekonomi dan politik dari siswa/i dan
masyarakat, kita dapat menyesuaikan kegiatan pembelajaran yang ramah dan
inklusi. Oleh karena itu, melalui materi aksi nyata pada topik 2 ini berisikan
bahwa refleksi kembali apa saja pemahaman kita dan bagaimana pemahaman
pengetahuan kita aplikasikan untuk merancang dan melaksanakan kegiatan
pembelajaran bersesuaian dengan sosiokultural siswa.
Bagaimana Anda menilai
kesiapan Anda saat ini, dalam skala 1-10?
7,5 dari skala 10, karena dengan hanya membertimbangkan teori saja,
menurut kami belum memberikan kesiapan kami untuk merancang dan melaksanakan
pembelajaran di kelas. Kami membutuhkan pengalaman langsung dengan beberapa
permasalahan yang mungkin kompleks untuk mencari solusi permasalahan. Dengan
pengalaman yang cukup diharapkan kami siap menjadi guru dengan segala perbedaan
latar belakang, karakteristik bahkan sosiokultural siswa
Apa yang perlu Anda persiapkan
lebih lanjut untuk bisa menerapkannya dengan optimal?
- Banyak
mengenal atau menganalisis latar belakang, karakteristik bahkan
sosiokultural siswa yang akan kami bimbing dan ajari.
- Kreatifitas
untuk menghasilkan banyak solusi kreatif dalam menyelesaikan masalah
akibat dari perbedaan peserta didik. Mungkin ini didapatkan dari hasil
pengalaman orang-orang yang lebih banyak waktu dan lama dalam
kesempatannya untuk bersinggungan dengan peserta didik.
Posting Komentar