Saya ini kok bingung. Kenapa kok ada beberapa anak kaum hawa ketika diajak membuat kesepakatan dan kesadaran sangat sulit dibandingkan dengan anak kaum adam. Padahal, sebenarnya ini simbiosis yang saling menguntungkan.
Sebagai seorang penjaga taman baca, kurang bagus apa saya mengizinkan sesuatu yang harusnya tidak boleh dibawa, dilakukan di wahana baca, saya perbolehkan. Hanya demi kenyamanan mereka. Tapi apa?.
Untuk sekedar memencet tombol enam kali di setiap memasuki ruangan satu kali sehari saja, saya harus bermenye-menye dengan mereka. Saya mencoba membangun habbit. Tapi ntah kenapa saya kira mereka ini, habbitnya sudah No Entry kecuali for sale.
Mereka mengira itu hanya formalitas. Duh, sempit sekali. Dia tidak tahu bagaimana saya harus memberikan data itu kepada beberapa pihak. Mereka cenderung menyepelekan pada sesuatu yang seharusnya tidak untuk disepelekan. Tidak semua hal yang mereka kira sepele, itu, sepele di mata orang lain.
Saya mungkin terlalu ramah. Mungkin, besuk saya akan memperketat keamanan-keramahan dengan ekstra. Saya akan menjadi pribadi yang tidak ramah. Peraturan harus peraturan. Baik, kalo memang begitu. Anda kira saya tidak bisa?.
Kalo saya memang berorientasi pada penjagaan koleksi baca, sudah dari dulu saya macak seperti patung liberty, bergaya terminator. Saya ini ingin mereka bisa nyaman, merasakan berbagai kenikmatan dalam melihat lengkungan-lengkungan aksara, itu.
Akhirnya, saya yang terlalu baik hati ini sangat tidak cocok kepada mereka yang keras hati. Saya harus mengimbanginya. Mereka meminta saya begitu. Baik. Oke. Siap.
Lagian, saya juga tidak penting...
Posting Komentar