Demo Bupati : antara Kepentingan atau Keterpojokan

 


Sebenarnya tulisan ini agak terlambat. Tapi, saya kira tetap relevan untuk menjadi refleksi serta pandangan lain soal demo yang telah dilaksanakan. Jadi, menurut hemat saya. Penting menulis ini.

 

Di tanggal 13 agustus lalu jagat indonesia diramaikan dengan pemandangan lama yang amat langka. Pemandangan itu biasa disebut People Power  (kekuatan rakyat). Rakyat pati sedang mengadakan demo untuk menuntut penurunan PBB yang dinaikkan oleh bupati sebesar 250%. Hal ini sontak mengundang makian serta geraman dari berbagai pihak, bahkan warga di luar pati sekalipun.

 

Walhasil, salah satu organisasi masyarakat di pati menginisiasi acara demo besar-besaran untuk menurunkan pajak tersebut. Kegiatan donasi pun dilakukan dua  minggu sebelum acara, bahkan bantuan air mineral nampak berjejer seperti bangunan dengan tumpukN bata besar di depan pendopo pati.

 

Di pertengahan menejelang demo, ada berbagai upaya yang dilakukan oleh elite agar demo tidak jadi dilaksanakan. Mulai dari intimidasi ketua panitia dan perampasan air mineral. Namun,pada ada akhirnya usaha-usaha itu tetap sia-sia.

 

Bupati yang awalnya arogan menantang rakyat bahkan mengatakan siap menghadapai 5.000-50.000 orang nampaknya agak gentar dengan keadaaan sumbangan rakyat yang sudah mulai di luar batas. Sehingga pada detik-detik akhir menjelang demo. Bupati menemui masayarakat di posko donasi, untuk mengademkan suasana.

 

Sayangnya, sambutan itu tidak berlangsung baik. Banyak dari simpatisan penjaga posko yang acuh-tak acuh, mereka tidak peduli dengan sambangan bupati itu. Sehingga bupati hanya clingak, clinguk kebingungan setelah itu pulang.

 

Tapi, setidaknya ada sedikit titik kemenangan bupati atas simpatisan panitia demo.

Apakah itu?.

Entah siapa yang membisiki bupati, tiba-tiba sebelum demo dilaksanakan. PBB dan seluruh kebijakan yang memunculkan polemik dengan rakyat sudah dibatalkan olehnya. Sehingga beberapa simpatisan panitia demo –menurut analisa saya – sedikit banyak gelagapan.

 

Bagaimana tidak?, tuntutan demo pati adalah menurunkan PBB sedangkan, sebelum demo dilaksanakan PBB sudah diturunkan oleh bupati. Bahkan uang yang lebih akan dikembalikan kepada pembayarnya. Apa gak mati kutu?. Lantas bagaimana dengan nasib ribuan air dus di depan pendopo itu?, lalu untuk apa berbagai bantuan yang ada itu?.

 

Maka, pimpinan demo menginisiasi slogan baru yakni turunkan bupati pati. Agar demo tetap dapat dilaksanakan dan  air mineral terkesan tidak muspro (sia-sia). Sekali lagi ini menurut pembacaan saya. Rasanya, penurunan PBB dengan penurunan bupati adalah dua hal yang berbeda. Namun, karena keadaan mendesak. Setidaknya agar panitia demo tidak kisinan, maka ide baru penurunan perlu dimunculkan.

 

Sebenarnya, jika kita melihat dalam kacamata logika dasar saja. Pimpinan demo ini seakan belum terlalu memahami mekanisme pemerintahan, serta pola pemikiran pejabat yang agak kedepan. Sehingga pergerakan-pergerakannya sudah terbaca oleh konsultan politik bupati. Ya, walaupun pada saat demo bupati muncul dari dalam truk tank polisi. Tidak lain, itu sekedar proses pengamanan posisi saja, saya kira. Toh, ia juga masih butuh posisi strategis tersebut. Sehingga berbagai cara untuk mempertahankannya perlu dilakukan.

 

Pemakzulan Lewat DPR

 

Pada awalnya para pendemo hendak memaksakan diri masuk ke dalam kantor bupati. Naasnya, kantor tersebut dijaga ketat oleh pihak kepolisian dengan memakai seragam lengkap dan alutsissta memadai. Sehingga para pendmo tidak bisa memasuki area tersebut.

 

Akhirnya, para pendemo memilih bergerak ke kantor DPR, yang jaraknya tidak jauh dari kantor bupati. DPR menurut mereka bisa mewakili aspirasi, setidaknya untuk momen demo sekarang. Berbagai cara dilakukan, sehingga akhirnya mereka bisa masuk ke sana.

 

Perwakilan pendemo menemui anggota DPR, menuntut rapat darurat bersama untuk membentuk panitia pemakzulan bupati. Akhirnya hampir 90% anggota dpr menyetujui pemakzulan tersebut, bahkan dari partai pengusung bupati sendiri.

 

Pendemo pun lega, sehingga setelah rapat selesai dan tindak lanjut akan dilakukan. Mereka siap membubarkan diri.

 

Sebenarnya, – lagi-lagi menurut saya pribadi–  pemakzulan yang dilakukan DPR ini tidak akan terjadi. Kenapa?, lahyo jelas, kepentingan. Para DPR tidak mungkin mau memutuskan sesuatu, sedangkan timbal balik untuk mereka tidak ada. Sehingga wacana pemakzulan, menurut hemat saya. Hanya janji angan untuk meredam massa. Toh demo sudah selesai. Pemakzulan itu dilaksanakan atau tidak, rakyat tidak akan demo kembali. Mungkin, keramaian hanya berlanjut di Duni Maya saja, bukan Dunia Nyata.

 

Ditambah pimpinan demo kemaren, ternyata sudah berdamai dengan bupati. Tentu saja, hal ini menuai kecaman bringas dari netijen indonesa. Tapi setidaknya. Hal-hal berani itu sudah berani ia lakukan. Terlebih dalam mengumpulkan massa yang jumlahnya puluhan ribu, itu.

 

Pengaruh PBB tidak signifikan

 

Sebenarnya, jika diruntut lebih jauh. Kenaikan PBB di pati tidak terlalu memberatkan masyarakat. Toh katanya masih normal-normal saja. Tentu ini statement beberapa orang yang sifatnya tidak general. Seperti yang ada di media sosial. Akan tetapi, rakyat sepertinya geram terhadap arogansi bupati yang sok-sok-an macak Raja penguasa yang tidak ada semaunya. Sehingga hal tersebut mengundang kemarahan signifikan rakyatnya.

 

Dari sini pula kita dapat memahami bahwa dalam politik. Etika harus dipegang dengan sangat erat. Sehinga berbaga]]]]i kebijakan serta ucapan dapat diukur dengan baik. Pada akhirnya tidak aakn menimbulkan konflik yang berkepanjangan. Apalagi kebesaran, seperti demo di pati.

 

Pada akhirnya, saya berpikir singkat bahwa dalam demo tidak lantas secara general lepas dari kepentingan politik golongan. Sehingga dalam memberi keputusan selayaknya harus diperhatikan asas kemanfaatan serta kepentingan orang banyak. Bukan hanya golongan.

 

Dan kita sebagai rakyat biasa, selayaknya harus berpikir kritis dan mendalam. Sehingga kita bisa memilah dan memilih mana gerakan yang ditunggangi kepentingan golongan, mana yang gerakan muni rakyat. Berpikir kritis juga dapat menjadikan kita lebih hati-hati dalam membuat berbagai keputusan, baik dalam dunia nyata maupun media sosial. Sehingga, keselamatan dunia akhirat akan senantiasa bersama kita.

 

Tabik

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama