MENIMBANG KEGAGAGALAN REVOLUSI PATI, KEPENTINGAN KELOMPOK?, ATAU MURNI KEPENTINGAN RAKYAT?

 

Sumber: ChatGpt


Menebak tentang hasil dari demo pemakzulan bupati pati agaknya menarik. Sebab, peristiwa ini merupakan peristiwa yang amat langka. Setidaknya dalam 26 tahun ini, baru terjadi kembali gejolak rakyat yang mendemo pemimpinnya secara bersamaan. Akan tetapi, apakah revolusi pati yang diwujudkan dengan pemakzulan bupati itu akan terlaksana?. Mari kita bahas.

Warga pati yang dikomandoi organisasi Aliansi Masyarakat Pati Bersatu (AMPB) menggelar aksi demonstrasi jilid II  di area DPRD pati. Aksi demo ini merupakan bentuk pengawalan sidang pemakzulan Bupati Pati yang dilaksanakan oleh anggota DPRD Pati. Mereka berharap DPR konsisten dengan komitmen awal bersama pentolan pendemo yang dilaksanakan pada 13 agustus lalu, yang memutuskan pemakzulan bupati.

Pada mulanya, demo hanya digelar di DPRD pati. Di sana mereka menggaungkan protes mengenai sikap DPRyang tidak berpihak kepada masyrakat dan tidak konsisten dengan keputusan awal. Yaitu memakzukan bupati pati, sudewo.

Sayangnya, pemakzulan itu tidak terwujud. Bupati pati hanya diberikan rekomendasi untuk perbaikan kinerja. Sedang jabatannya, tetap aman sentosa sesuai dengan prediksi saya di tulisan awal. Hal ini, sontak menyulut kemarahan besar-besaran dari pendemo.

Baca Juga: Demo Bupati : antara Kepentingan atau Keterpojokan

Aksi demo tersebut berlangsung dari pagi. Supriyono botok beserta teman-teman pada awalnya juga meminta untuk masuk ke dalam gedung dpr. Sayangnya, mereka tidak diberikan akses oleh polisi yang melaksanaan penjagaan super ketat. Walhasil, mereka hanya bisa berorasi di depan gedung DPRD.

Menjelang sore tiba, hasil keputusan telah keluar dan tentu saja hasilnya Bupati tidak dimakzulkan, hanya ada rrekomendasi perbaikan kinerja. Akhirnya keputusan ini tidak memuaskan masa pendemo, mereka lalu melaksanakan konvoi. Rute konvoi tersebut mengelilingi kota pati. Aksi tersebut merupakan wujud protes masa karena aspirasi tidak digubris oleh pemerintah, mereka juga merasa bahwa pemerintah telah berkhianat. Hingga pada akhirnya konvoi tersebut diakhiri dengan melakukan blokade jalan pantura Nasional selama kurang lebih 30 menit. Menurut keterangan pihak kepolisian dan 5 menit Menurut keterangan pengacara AMPB.

Tentu saja Blokade jalan tersebut menyebabkan lalu lintas di pantura macet total, sehingga dengan terpaksa polisi meringkus kedua pimpinan pendemo tersebut. Mobil putih ford ranger milik supriyono botok juga turut diderek oleh pihak kepolisian.

Supriyono dan teguh didakwa pasal KUHP tentang blokade jalan provinsi. Sehingga atas kesalahan tersebut akhirnya mereka harus ditahan di polda jateng. Kasusnya pun dilimpahkan ke POLDA Jateng.

Polisi berdalih bahwa blokade jalan bisa menyebabkan kecelakaan lalu lintas, lebih jauh nantinya akan merugikan banyak pihak.

REFLEKSI

Jika meruntut peristiwa tersebut, ada beberapa poin yang sebenarnya patut kita pertanyakan. Mengapa para pimpinan tersebut memilih untuk memblokade jalan dibandingkan melakukan hal lain?, terlebih jalan yang diblokade adalah jalan nasional. Sedangkan, kepentingan yang mereka perjuangan hanya sebatas wilayah pati. Sangat tidak masuk akal sebenarnya jika mereka melakukan hal tersebut. Ya, agaknya dalam pandangan kiri, wajar saja bila polisi meringkusnya. Terlebih, mereka tentu sudah diincar lama oleh pihak aparat berwajib.

Kedua, sebenarnya kepentingan seperti apa yang sedang mereka perjuangkan?, mengapa bupati pati harus dimakzulkan, harus diganti?, tidakkah ada jalan lainnya?, ataukah ada kepentingan orang lain yang ingin menjadi bupati pati baru?.

Jika kita mau meruntut awal mula kasus. Tuntutan awal pendemo ialah penurunan Pajak Bangunan  PPBD, bukan pemakzulan bupati. Seperti dugaan saya pada tulisan awal, bahwa demo penurunan bupati adalah wujud keterpojokan —menurut saya pribadi— bukan murni memang kepentingan awal untuk pajak maupun program.

Selanjutnya, jikalau bupati pati dimakzulkan dan diganti. Apa jaminan bahwa bupati pengganti lebih baik?. Saya membaca ini bukan perkara yang sifatnya hanya sebatas penurunan bupati lalu tiba-tiba muncul sosok yang bijaksana arif serta berkomitmen tinggi untuk kabupaten pati. Saya kira tidak semudah itu. Toh, sosok pengganti yang akan dimunculkan juga belum ada, kriterianya saja misalnya.

Dengan berbagai pertimbangan tersebutlah, saya menduga bahwa demo yang dilakukan AMPB masih berbau politis berbasis kepentingan politik bukan kepentingan masyarakat secara umum.

Saya kira sebagai warga negara, kita perlu kritis untuk menentukan sikap. Berbicara dari luar hanya menjadikan kita semacam speaker bagi orang budek, tidak akan didengar. Akan jauh lebih baik jika kita menjadi pengawas independen pemerintah.

Toh, jalan pemakzulan dari awal sudah saya tebak tidak akan terealisasi. Sehingga jalan lain yang paling logis adalah membuat perjanjian bersama antara bupati dengan perwakilan AMPB dan DPR. Anggota AMPB bisa menjadi pengawas independen, karena melihat kinerja DPR yang seakan-akan tidak netral dan lebih condong ke bupati.

Mungkin, hal ini tidak akan memuaskan berbagai pihak. Namun, dengan begini sikap dan gerakan yang telah kita semai dari awal lebih bisa bermanfaat secara logis. Tinggal jika nantinya bupati tidak mencapai perjanjian tersebut, kita buat gerakan lagi. Saya kira kepercayaan masyarakat masih baik. Tentu sikap ini berbeda dengan Husein yang sebatas berdamai dengan bupati. Sikap ini adalah sikap tegas namun terukur, agar pemantauan kinerja bupati dapat dijalankan dengan serius. Saya kira Ini adalah perjanjian yang menguntungkan rakyat dan bersifat kontinyu.

Bandingkan dengan sekarang. Akibat sikap yang kurang hati-hati mereka justru terjeblos ke dalam penjara. Sehingga hal ini tidak merubah apapun atau  mendapatkan apapun terkecuali hikmah kejadian saja.

Selanjutnya bupati akan bekerja seperti biasa tanpa adanya kontrol tuntutan. Ia hanya menjalankan tugas, dan melupakan berbagai tuntutan awal yang disuarakan saat demo 13 agustus kemarin.

Saya kira kembali lagi, bahwa sebagai masyarakat penting untuk bersikap kritis dalam memandang beragam persoalan negara. Jangan menjadi masyarakat yang hanya Ngeli di tengah derasnya air sungai. Kita patut mempertanyakan berbagai hal agar apa yang kita suarakan benar-benar dapat mensejahterakan masyarakat semua.


Penulis: Muhammad Romli MURI

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama