Filsafat Pendidikan dari Kisah Siti Maryam



A.    Kisah Siti Maryam

      Maryam merupakan anak satu-satunya pasangan suami istri Imran dan Hannah. Di awal masa anak-anaknya, Maryam diserahkan oleh Ibunya (Hannah) untuk mengabdi kepada Allah di Baitul Maqdis. Siti Maryam memulai pendidikan awalnya atas bimbingan Nabi Zakaria As. Sebagai seorang Nabi yang tentu terjaga dan Shalih, tentu pendidikan yang diajarkan Nabi Zakaria sukses. Selain orang tua guru juga memegang posisi yang vital dalam keberhasilan pendidikan anak.

      Maryam dalam asuhan Zakaria AS dan ditempatkannya anak gadis kecil itu dalam tempatnya sendiri di Mihrab. Yaitu ruang yang khas tempat beribadat menurut agama Nabi Musa, penjagaan dalam Mihrab ini juga sangat ketat. Nabi Zakaria AS membuatkan kamar khusus untuk Maryam tinggal di tempat ibadah tersebut. Hal ini untuk memastikan tiada siapa pun yang mengganggu Maryam. Di tempat itu, Maryam beribadah kepada Allah SWT dengan penuh kekusyu’an serta menjalankan semua kewajiban yang diembankan kepadanya baik siang maupun malam hari, sehingga ia menjadi suri teladan dalam hal ibadah di tengah-tengah Bani Israil.

Selama dalam asuhan Nabi Zakaria, Maryam sangat jarang keluar, bahkan bIsa dikatakan tidak pernah keluar. Yang dia lakukan hanyalah beribadah, bersyukur, bersujud, berdoa, serta memohon ampun kepada Allah SWT. Sesekali ia keluar, tapi hanya untuk sekadar melihat keagungan ciptaan Allah SWT di alam sekitarnya, atau hanya untuk melaksanakan shalat berjamaah.

      Siti Maryam dikenal dengan wanita yang suci dan sholihah. Akan tetapi perspektif kaum bani israil tentang Siti Maryam goyah saat mengetahui bahwa Siti Maryam hamil. Mereka mengira bahwa Siti Maryam berzina, padahal Siti Maryam hamil atas kehendak Allah melalui perantara malaikat Jibril tanpa adanya hubungan seksual. Hingga pada akhirnya ia harus menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur, hingga akhirnya ia bersandar di bawah pohon kurma lalu melahirkan Nabi Isa atas bantuan malaikat jibril.

      Setelah melahirkan Nabi Isa As. Maryam menemui saudara dan keluarganya, mereka adalah keluarga orang-orang shaleh. Ketika mereka melihat Maryam membawa seorang bayi, mereka menangis dan sedih. 

Mereka berkata, “Wahai Maryam, kamu telah melakukan sesuatu yang amat munkar.” 

Berbagai pertanyaan mengalir kepada Maryam, dari manakah anak bayi ini? Lalu Maryam mengatakan apakah mukjizat telah mengIsahkan masalah ini? Tidak, Maryam menunjuk bayinya karena dialah saksi satu-satunya akan kesucian, kebebasan Maryam, dan kebenaran imannya.

Baca Juga: Berdoa Itu Merayu, Bukan Menuntut. Jangan Salah Kaprah!

      Dengan kekuasaan Allah SWT, bayi itu dapat berbicara. Allah SWT berfirman: Berkata Isa: “Sesungguhnya aku ini hamba Allah SWT, Dia memberiku Al-Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang Nabi,dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup;dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali". (QS. Maryam: 30-33). 

Penduduk pun langsung diam seribu bahasa. Tergulung lidah mereka setelah menuduh berbuat yang tidak-tidak dan menebarkan aib. Semua orang tercengang atas apa yang dikatakan oleh sang bayi. Sampai setelah tuntas nazar Maryam untuk tidak berbicara, orang-orang lalu berkumpul mengerubung. 

Semua terpegun menyimak apa yang dikatakan Maryam tentang malaikat dan segala hal yang berkaitan dengan anaknya, Isa AS. Seketika itu, orang-orang pun puas dan percaya bahwa Maryam suci tak ternoda.

B.     Pelajaran dari Kisah Siti Maryam

  1. Taat

Ketaatan Siti Maryam sungguh tidak diragukan lagi, bagaimana ia mengikuti perintah ibunya dengan berada di Baitul Maqdis, atau bagaimana ia menuruti dan melaksanakan hal-hal yang diperintahkan oleh gurunya Nabi Zakaria.

  1. Fokus dalam Beribadah

Ibadah Siti Maryam tidaklah seperti umumnya orang-orang, dimana dalam asuhan Nabi zakaria ia diberi ruang khusus layaknya kamar untuk senantiasa beribadah kepada Allah, menjauh dari hiruk pikuk suramnya dunia. Keseriusan dalam beribadah Siti Maryam sangatlah layak untuk diterapkan oleh para wanita di masa sekarang ini, termasuk pendidikan Nabi zakaria.

  1. Sabar

Ujian Siti Maryam tidaklah mudah, ia harus menanggung sebuah fitnah dengan lahirnya Nabi Isa tanpa bapak. Ia menerima banyak cacian, olok-olok perkataan kasar dan lain sebagainya atas kelahiran Isa. Akan tetapi Siti Maryam tidak langsung marah atau membalas mereka dengan keburukan. Siti Maryam terus bersabar hingga pada akhirnya keluarga dan kaum bani israil percaya atas cerita yang ia uraikan.

  1. Keyakinan Kuat

Dari kisah Siti Maryam diatas pastinya dapat menumbuhkan keyakinan kuat dalam diri kita. Dimulai dari awal mula kelahiran Siti Maryam hingga lahirnya Nabi Isa tanpa bapak yang menurut akal hal tersebut dapat dikatakan Mustahil. Akan tetapi kita tahu bahwa dalam beragama kita mempunyai tuhan dan tuhan kuasa atas segalanya, termasuk lahirnya Nabi Isa tanpa disertai seorang ayah.



Post a Comment

Lebih baru Lebih lama